BELAJAR DAN PEMBELAJARAN
BAB I (PARADIGMA ALTERNATIF PEMBELAJARAN)
Membangun
dunia
pendidikan diperlukan perubahan didalamnya, baik itu merubah paradigma maupun sistem. Suatu proses
pembelajaran diperlukan pengembangan potensi-potensi siswa yang dilakukan
secara menyeluruh dan terpadu. Dalam hal ini kehadiran teknologi informasi
serta komunikasi dalam kehidupan telah mengubah paradigma pendidikan yang
menempatkan guru sebagai fasilitator dan agen pembelajaran peserta didik dapat
memiliki akses yang seluas-luasnya kepada beragam media untuk kepentingan
pendidikannya. Pendidikan bertumpu pada empat pilar yaitu:
(1) Learning
to know merupakan upaya memahami instrument-instrumen pengetahuan baik sebagai
alat maupun sebagai tujuan.
(2) Learning
to do merupakan pengulangan kembali sesuatu yang telah dipelajari oleh anak
untuk dipraktikkan.
(3) Learning
to live together, learning to live with others ialah mengajarkan, melatih, dan
membimbing peserta didik tentang pentingnya menjaga komunikasi serta berhubungan
baik dengan orang lain.
(4) Learning
to be merupakan pemberian konstribusi untuk perkembangan seutuhnya setiap
orang, jiwa dan raga, kepekaan, dll.
Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri
atau kepribadian diri merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya
pemberdayaan diri. Pengenalan terhadap diri sendiri berarti mengenal
kelebihan-kelebihan atau kekuatan yang ada pada
diri untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Terwujudnya suatu proses
pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa harus
dilakukan secara menyeluruh. Agar dapat mendorong tumbuhnya keaktifan dan
kreativitas optimal dari setiap siswa. Karena itu diperlukan paradigm
konstruktivisme menjadi alternatif yang perlu dikaji agar prinsip-prinsipnya
dapat diimplementasikan didalam proses pembelajaran.
BAB II (HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR)
Belajar adalah suatu
usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik
melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif
dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Ciri umum kegiatan belajar
adalah:
1) Belajar menunjukkan
suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.
2) Belajar merupakan
interaksi individu dengan lingkungannya.
3) Hasil belajar
ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Teori-teori belajar
yaitu:
1) Teori Behaviorisme
membahas tingkah laku yang dibenuk dari kejadian disekitar.
2) Kognitivisme tentang
tingkah laku yang dibentuk dari persepsi akan suatu kondisi.
3) Teori belajar
psikologi sosial tentang belajar yang terjadi secara alami.
4) Teori belajar Gagne
tentang suatu keterampilan yang dimiliki serta kebutuhan untuk mengerjakan
suatu tugas. Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari
tiga ranah atau kawasan yaitu: Ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor.
BAB III (PERKEMBANGAN MORAL DAN
IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN)
Seorang guru harus mampu
memahamiserta menyadari adanya perubahan perkembangan moral seorang peserta
didik. Dengan kepekaan guru terhadap sikap peserta didik akan meminimalisir
perkembangan moral yang tidak baik bagi peserta didik.
1) Teori perkembangan Jean Piegat
membahas tentang perkembangan mental anak itu berjalan secara bertahap, dari
tahap satu ke tahap yang lebih tinggi meskipun pengalaman peserta didik yang
berbeda-beda.
2) Teori perkembangan moral Kohlberg
membahas tentang pendekatan yang baik untuk memahami perilaku moral yang
didasari pemahaman tentang tahapan-tahapan perkembangan moral.
3) Pandangan psikologi sosial Erik H.
Erikson dalam hal ini ada 8 tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson. Dari
teori-teori tersebut dapat dijadikan sebagai pengetahuan tentang perkembangan
moral, meskipun ada perbedaan pandangan serta kekurangan tentang teori yang
dikemukakan. Namun pada kenyataannya ketiga teori itu memberikan
pengkajian-pengkajian lebih lanjut dari setiap tahap perkembangan.
Dengan memahami
perkembangan moral anak, maka seorang guru dapat menentukan
pendekatan-pendekatan serta model-model yang sesuai untuk dipergunakan dalam
pembelajaran agar mampu mengontrol moral anak dengan baik.
BAB IV (KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI
HASIL BELAJAR)
Kesuksesan seseorang lebih
banyak ditentukan oleh empati, mengungkapkan dan memahami perasaan.
Mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai,
kemampuan menyelesaikan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanaan,
keramahan, dan sikap hormat. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang ada pada dalam
diri seseorag adalah dapat memotivasi diri sendiri, dapat mengatasi frustasi,
dapat mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, serta
dapat menjaga suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan
kemampuan berfikir, berempati, dan berdo’a.
Seorang guru harus
mampu membantu peserta didik mengembangkan kemampuan untuk menumbuhkan motivasi
dalam diri peserta didik. Hal itu akan memudahkan seorang peserta didik dapat
menyelesaikan masalah. Kemampuan menyelesaikan masalah akan mendorong peserta
didik untuk memiliki daya tahan yang lebih tinggi jika suatu saat peserta didik
mendapat persoalan yang lebih rumit yang mungkin akan membuat peserta didik
menjadi frustasi.
Penerapan kecerdasan
emosional dapat dilakukan secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas
pembelajaran. Agar dapat mengembangkan kecerdasan emosionala perlu diawali
pemahaman guru tentang kecerdasan emosional serta penerapannya. Hal itu
digunakan untuk melatih dimensi-dimensi emosi melalui proses pembelajaran
sehingga dapat meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik
secara optimal.
BAB V (PRINSIP-PRINSIP BELAJAR)
Seorang guru harus
memperhatikan prinsip-prinsip belajar serta asas-asas pembelajaran. Dibutuhkan
pemahaman dan keterampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar asas pembelajaran
yang akan membantu seorang guru agar mampu mengelola proses pembelajaran secara
tepat, sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta tujuan pembelajaran yang
dirumuskan.
Prinsip belajar
merupakan pengalaman seorang guru tentang hal-hal positif yang mendukung proses
belajar. Dalam hal ini prinsip belajar digunakan sebagai pegangan di dalam
melaksanakan kegiatan belajar. Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yaitu:
prinsip perhatian dan motivasi, prinsip transfer dan retensi, prinsip
keaktifan, prinsip keterlibatan langsung, prinsip pengulangan, prinsip
tantangan, prinsip balikan dan penguatan, prinsip perbedaan individual. Selain
prinsip-prinsip diatas ada pula tiga prinsip lagi yang dikaji dari ranah
pembelajaran yaitu: prinsip pembelajaran kognitif, prinsip pembelajaran
afektif, dan prinsip pembelajaran psikomotorik.
Kemampuan
menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan membantu
meningkatkan efektivitas dalam mengola pembelajaran dengan peserta didik
sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Serta bagi seorang peserta didik prinsip-prinsip belajar akan membantu
tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
BAB VI (MODEL-MODEL PEMBELAJARAN)
Seorang
guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif dengan cara harus
memiliki pengetahuan yang memadai tentang model pembelajaran serta konsepnya
dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan harus memiliki keterkaitan
dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi peserta
didiknya di kelas.
Pengguanaan model
pembelajaran yang tepat dapat mendorog tumbuhnya rasa senang peserta didik
terhadap pelajaran yang diajarkan, menumbuhkan serta meningkatkan motivasi
dalam mengerjakan tugas, serta peserta didik diberikan kemudahan untuk memahami
pelajaran sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang baik.
Pada dasarnya seorang
guru mengharapkan agar materi pelajaran yang disampaikan kepada peserta didiknya
dapat dipahami dengan tuntas. Sedangkan hal tersebut tidaklah mudah untuk
diwujudkan, karena setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda
baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha peserta didik itu sendiri.
Ada empat model
pembelajaran yang di menjadi kelompok besar yaitu: kelompok model-model sosial,
kelompok model-model pengolahan informasi, kelompok model-model personal,
kelompok model-model sistem perilaku. Kemudian keempat kelompok besar itu
dikembangkan menjadi berbagai model pembelajaran yang lebih spesifik untuk
digunakan dalam proses pembelajaran.
Berkembangnya berbagai
jenis model pembelajaran dikarenakan adanya pemikiran tentang keberagaman
siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, motivasi masing-masing peserta
didik, minat dan beberapa dimensi psikologis lainnya, serta agar dapat
menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang
tidak memungkinkan guru hanya memakai model pembelajaran tertentu. Dengan kata
lain guru tidak hanya memakai satu atau dua model pembelajaran saja.
BAB VII (MASALAH-MASALAH BELAJAR)
Dalam dunia
pembelajaran, meskipun sudah diterapkan model-model pembelajaran yang dianggap
sesuai dan dilaksanakan dengan baik. Namun masalah-masalah dalam pembelajaran
tetap akan dijumpai oleh guru. Maka diperlukan adanya pemahaman tentang
persoalan-persoalan belajar yang sering kali muncul dalam kegiatan belajar
mengajar. Pemahaman tentang masalah pembelajaran akan membuat guru dapat
mengantisipasi masalah yang ada pada pembelajaran sehingga dapat tercapainya
tujuan pembelajaran.
Masalah-masalah
internal belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta
didik yaitu:
1) Ciri khas atau
karakteristik peserta didik.
2) Sikap terhadap
belajar.
3) Motivasi belajar.
4) Konsentrasi belajar.
5) Mengolah bahan
belajar.
6) Menggali hasil
belajar.
7) Rasa percaya diri.
8) Kebiasaan belajar.
Tidak hanya
masalah-masalah internal saja yang muncul pada proses pembelajaran namun ada
juga masalah eksternal yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal, yaitu:
1) Faktor guru.
2) Faktor dari
lingkungan termasuk teman sebaya.
3) Faktor kurikulum
sekolah.
4) Faktor sarana dan
prasarana.
Pada sebuah
masalah-masalah yang ada pasti ada sebuah penyelesaian. Berikut merupakan
langkah-langkah menyelesaikan sebuah masalah:
1) Identifikasi.
2) Diagnosis.
3) Prognosis.
4) Terapi atau
pemberian bantuan.
Dalam memahami sebuah
masalah yang ada diperlukan pandangan bahwa adanya suatu masalah bukan hanya
karena kelemahan guru, namun masalah-masalah dalam pembelajaran akan selalu ada
dilihat dari berbagai segi. Karena itu diperlukan teknik-teknik jitu untuk
dapat menyelesaikan suatu masalah.
BAB VIII (EVALUASI BELAJAR DAN
PEMBELAJARAN)
Evaluasi
merupakan salah satu komponen yang sangt penting dalam seluruh rangkaian
kegiatan pembelajaran. Adanya evaluasi bertujuan untuk menentukn sejauh mana
suatu program atau suatu kegiatan tertentu apakah dapat mencapai tujuan yang
telah ditentukan. Adanya penetapan nilai dalam evaluasi dimaksudkan sebagai
penentuan manfaat tau kebaikan relatif dari segala sesuatu yan kita evluasi. Manfaat atau fungsi evaluasi sendiri adalah
mengetahui taraf kesiapan anak untuk menempuh suatu pendidikan tertentu,
mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan,
mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang diajarkan perlu diulang kembali
atau tidak, mendapatkan bahan informasi dalam memberikan bimbingan tentang
jenis pendidikn dan jabatan yang sesuai untuk siswa, untuk mengadakan seleksi,
membandingkan prestasi peserta didik, dan lain sebagainya.
Seorang guru harus
memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang
diperoleh dari evaluasi mmpu memberikan gambaran yang benar dari tingkat
kemampuan siswa. Kemampuan melaksanakan evaluasi secara tepat harus didasari
pemahaman tetang hakikat, jenis-jenis serta prinsip evaluasi. Dengan memahami
itu semua guru dapat mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan secara tepat dan
benar agar dapat meningkatkan pembelajaran yang dilakukan. Dengan memenuhi
persyaratan evaluasi yaitu: kesahihan atau validitas, keterandalan(reabilitas),
kepraktisan. Jika suat evaluasi gagal dilakukan maka dapat dipastikan akan
terjadi kerancuan dalam menentukan kompetensi dan hasil belajar peserta didik.
BAB IX (MEMAHAMI PEMBELAJARAN ELEKTRONIK
(E-LEARNING))
E-learning
merupakan perencanaan pengalaman mengajar atau belajar dengan mnggunakan
teknologi secara luas utamanya di internet untuk mempermudah dan mempercepat
peserta didik dalam belajar. Pembelajaran menggunakan e-learning dapat
memudahkan proses pembelajaran karena meskipun guru dan peserta didik berada
pada satu tempat atau waktu yang sama kegiatan pembelajaran tetap dapat
dilaksanakan dengan bantuan media cetak.
Perkembangan
teknologi dan komunikasi menuntut pendidikan harus mampu menggunakan pendidikan
e-learning yang memberi nuansa baru dalam dunia pendidikan sekarang ini.
Berkembangnya e-learning dalam dunia pembelajaran peserta didik kini tidak lagi
selalu berkumpul dalam waktu dan tempat yang sama untuk melakukan proses
belajar. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari pembelajaran e-learning
ini karena tidak perlu bertatap muka langsung untuk melaksanakan proses
pembelajaran. Seorang guru harus selalu melakukan pembaharuan guna mendapatkan
pembelajran e-learning yang tidak membosankan untuk perserta didik dalam proses
pembelajaran yang dilakukan.
0 komentar:
Posting Komentar