mouse

Rabu, 02 Oktober 2013

rangkuman belajar dan pembelajaran


BELAJAR  DAN PEMBELAJARAN
BAB I (PARADIGMA  ALTERNATIF PEMBELAJARAN)
Membangun dunia pendidikan diperlukan perubahan didalamnya, baik itu merubah paradigma maupun sistem. Suatu proses pembelajaran diperlukan pengembangan potensi-potensi siswa yang dilakukan secara menyeluruh dan terpadu. Dalam hal ini kehadiran teknologi informasi serta komunikasi dalam kehidupan telah mengubah paradigma pendidikan yang menempatkan guru sebagai fasilitator dan agen pembelajaran peserta didik dapat memiliki akses yang seluas-luasnya kepada beragam media untuk kepentingan pendidikannya. Pendidikan bertumpu pada empat pilar yaitu:
(1) Learning to know merupakan upaya memahami instrument-instrumen pengetahuan baik sebagai alat maupun sebagai tujuan.
(2) Learning to do merupakan pengulangan kembali sesuatu yang telah dipelajari oleh anak untuk dipraktikkan.
(3) Learning to live together, learning to live with others ialah mengajarkan, melatih, dan membimbing peserta didik tentang pentingnya menjaga komunikasi serta berhubungan baik dengan orang lain.
(4) Learning to be merupakan pemberian konstribusi untuk perkembangan seutuhnya setiap orang, jiwa dan raga, kepekaan, dll.
Dalam proses pembelajaran, pengenalan terhadap diri sendiri atau kepribadian diri merupakan hal yang sangat penting dalam upaya-upaya pemberdayaan diri. Pengenalan terhadap diri sendiri  berarti mengenal kelebihan-kelebihan atau kekuatan yang ada pada diri untuk mencapai hasil belajar yang diharapkan. Terwujudnya suatu proses pembelajaran yang dapat mengembangkan potensi yang dimiliki oleh siswa harus dilakukan secara menyeluruh. Agar dapat mendorong tumbuhnya keaktifan dan kreativitas optimal dari setiap siswa. Karena itu diperlukan paradigm konstruktivisme menjadi alternatif yang perlu dikaji agar prinsip-prinsipnya dapat diimplementasikan didalam proses pembelajaran.
BAB II (HAKIKAT DAN CIRI-CIRI BELAJAR)
Belajar adalah suatu usaha sadar yang dilakukan oleh individu dalam perubahan tingkah laku baik melalui latihan dan pengalaman yang menyangkut aspek-aspek kognitif, afektif dan psikomotorik untuk memperoleh tujuan tertentu. Ciri umum kegiatan belajar adalah:
1) Belajar menunjukkan suatu aktivitas pada diri seseorang yang disadari atau disengaja.
2) Belajar merupakan interaksi individu dengan lingkungannya.
3) Hasil belajar ditandai dengan perubahan tingkah laku.
Teori-teori belajar yaitu:
1) Teori Behaviorisme membahas tingkah laku yang dibenuk dari kejadian disekitar.
2) Kognitivisme tentang tingkah laku yang dibentuk dari persepsi akan suatu kondisi.
3) Teori belajar psikologi sosial tentang belajar yang terjadi secara alami.
4) Teori belajar Gagne tentang suatu keterampilan yang dimiliki serta kebutuhan untuk mengerjakan suatu tugas. Penggolongan atau tingkatan jenis perilaku belajar terdiri dari tiga ranah atau kawasan yaitu: Ranah kognitif, ranah afektif, ranah psikomotor.
BAB III (PERKEMBANGAN MORAL DAN IMPLEMENTASINYA DALAM PEMBELAJARAN)
Seorang guru harus mampu memahamiserta menyadari adanya perubahan perkembangan moral seorang peserta didik. Dengan kepekaan guru terhadap sikap peserta didik akan meminimalisir perkembangan moral yang tidak baik bagi peserta didik.
1) Teori perkembangan Jean Piegat membahas tentang perkembangan mental anak itu berjalan secara bertahap, dari tahap satu ke tahap yang lebih tinggi meskipun pengalaman peserta didik yang berbeda-beda.
2) Teori perkembangan moral Kohlberg membahas tentang pendekatan yang baik untuk memahami perilaku moral yang didasari pemahaman tentang tahapan-tahapan perkembangan moral.
3) Pandangan psikologi sosial Erik H. Erikson dalam hal ini ada 8 tahap perkembangan yang dikemukakan oleh Erikson. Dari teori-teori tersebut dapat dijadikan sebagai pengetahuan tentang perkembangan moral, meskipun ada perbedaan pandangan serta kekurangan tentang teori yang dikemukakan. Namun pada kenyataannya ketiga teori itu memberikan pengkajian-pengkajian lebih lanjut dari setiap tahap perkembangan.
Dengan memahami perkembangan moral anak, maka seorang guru dapat menentukan pendekatan-pendekatan serta model-model yang sesuai untuk dipergunakan dalam pembelajaran agar mampu mengontrol moral anak dengan baik.
BAB IV (KECERDASAN EMOSIONAL SEBAGAI HASIL BELAJAR)
Kesuksesan seseorang lebih banyak ditentukan oleh empati, mengungkapkan dan memahami perasaan. Mengendalikan amarah, kemandirian, kemampuan menyesuaikan diri, disukai, kemampuan menyelesaikan masalah antar pribadi, ketekunan, kesetiakawanaan, keramahan, dan sikap hormat. Ciri-ciri kecerdasan emosional yang ada pada dalam diri seseorag adalah dapat memotivasi diri sendiri, dapat mengatasi frustasi, dapat mengendalikan dorongan hati dan tidak melebih-lebihkan kesenangan, serta dapat menjaga suasana hati dan menjaga agar beban stres tidak melumpuhkan kemampuan berfikir, berempati, dan berdo’a.
Seorang guru harus mampu membantu peserta didik mengembangkan kemampuan untuk menumbuhkan motivasi dalam diri peserta didik. Hal itu akan memudahkan seorang peserta didik dapat menyelesaikan masalah. Kemampuan menyelesaikan masalah akan mendorong peserta didik untuk memiliki daya tahan yang lebih tinggi jika suatu saat peserta didik mendapat persoalan yang lebih rumit yang mungkin akan membuat peserta didik menjadi frustasi.
Penerapan kecerdasan emosional dapat dilakukan secara luas dalam berbagai sesi, aktivitas pembelajaran. Agar dapat mengembangkan kecerdasan emosionala perlu diawali pemahaman guru tentang kecerdasan emosional serta penerapannya. Hal itu digunakan untuk melatih dimensi-dimensi emosi melalui proses pembelajaran sehingga dapat meningkatkan potensi-potensi yang dimiliki oleh peserta didik secara optimal.
BAB V (PRINSIP-PRINSIP BELAJAR)
Seorang guru harus memperhatikan prinsip-prinsip belajar serta asas-asas pembelajaran. Dibutuhkan pemahaman dan keterampilan menerapkan prinsip-prinsip belajar asas pembelajaran yang akan membantu seorang guru agar mampu mengelola proses pembelajaran secara tepat, sesuai dengan kebutuhan peserta didik serta tujuan pembelajaran yang dirumuskan.
Prinsip belajar merupakan pengalaman seorang guru tentang hal-hal positif yang mendukung proses belajar. Dalam hal ini prinsip belajar digunakan sebagai pegangan di dalam melaksanakan kegiatan belajar. Ada beberapa prinsip-prinsip belajar yaitu: prinsip perhatian dan motivasi, prinsip transfer dan retensi, prinsip keaktifan, prinsip keterlibatan langsung, prinsip pengulangan, prinsip tantangan, prinsip balikan dan penguatan, prinsip perbedaan individual. Selain prinsip-prinsip diatas ada pula tiga prinsip lagi yang dikaji dari ranah pembelajaran yaitu: prinsip pembelajaran kognitif, prinsip pembelajaran afektif, dan prinsip pembelajaran psikomotorik. 
            Kemampuan menerapkan prinsip-prinsip belajar dalam proses pembelajaran akan membantu meningkatkan efektivitas dalam mengola pembelajaran dengan peserta didik sehingga pada akhirnya dapat mencapai tujuan pembelajaran yang dirumuskan. Serta bagi seorang peserta didik prinsip-prinsip belajar akan membantu tercapainya hasil belajar yang diharapkan.
BAB VI (MODEL-MODEL PEMBELAJARAN)
            Seorang guru dapat mengembangkan model pembelajaran yang efektif dengan cara harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang model pembelajaran serta konsepnya dalam proses pembelajaran. Model pembelajaran yang digunakan harus memiliki keterkaitan dengan tingkat pemahaman guru terhadap perkembangan dan kondisi peserta didiknya di kelas.
Pengguanaan model pembelajaran yang tepat dapat mendorog tumbuhnya rasa senang peserta didik terhadap pelajaran yang diajarkan, menumbuhkan serta meningkatkan motivasi dalam mengerjakan tugas, serta peserta didik diberikan kemudahan untuk memahami pelajaran sehingga akan mendapatkan hasil belajar yang baik.
Pada dasarnya seorang guru mengharapkan agar materi pelajaran yang disampaikan kepada peserta didiknya dapat dipahami dengan tuntas. Sedangkan hal tersebut tidaklah mudah untuk diwujudkan, karena setiap peserta didik memiliki karakteristik yang berbeda baik dari segi minat, potensi, kecerdasan dan usaha peserta didik itu sendiri.
Ada empat model pembelajaran yang di menjadi kelompok besar yaitu: kelompok model-model sosial, kelompok model-model pengolahan informasi, kelompok model-model personal, kelompok model-model sistem perilaku. Kemudian keempat kelompok besar itu dikembangkan menjadi berbagai model pembelajaran yang lebih spesifik untuk digunakan dalam proses pembelajaran.
Berkembangnya berbagai jenis model pembelajaran dikarenakan adanya pemikiran tentang keberagaman siswa, baik dilihat dari perbedaan kemampuan, motivasi masing-masing peserta didik, minat dan beberapa dimensi psikologis lainnya, serta agar dapat menyesuaikan karakteristik mata pelajaran atau materi pelajaran tertentu yang tidak memungkinkan guru hanya memakai model pembelajaran tertentu. Dengan kata lain guru tidak hanya memakai satu atau dua model pembelajaran saja.
BAB VII (MASALAH-MASALAH BELAJAR)
Dalam dunia pembelajaran, meskipun sudah diterapkan model-model pembelajaran yang dianggap sesuai dan dilaksanakan dengan baik. Namun masalah-masalah dalam pembelajaran tetap akan dijumpai oleh guru. Maka diperlukan adanya pemahaman tentang persoalan-persoalan belajar yang sering kali muncul dalam kegiatan belajar mengajar. Pemahaman tentang masalah pembelajaran akan membuat guru dapat mengantisipasi masalah yang ada pada pembelajaran sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran.
Masalah-masalah internal belajar. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi proses belajar peserta didik yaitu:
1) Ciri khas atau karakteristik peserta didik.
2) Sikap terhadap belajar.
3) Motivasi belajar.
4) Konsentrasi belajar.
5) Mengolah bahan belajar.
6) Menggali hasil belajar.
7) Rasa percaya diri.
8) Kebiasaan belajar.
Tidak hanya masalah-masalah internal saja yang muncul pada proses pembelajaran namun ada juga masalah eksternal yang berkaitan dengan faktor-faktor eksternal, yaitu:
1) Faktor guru.
2) Faktor dari lingkungan termasuk teman sebaya.
3) Faktor kurikulum sekolah.
4) Faktor sarana dan prasarana.
Pada sebuah masalah-masalah yang ada pasti ada sebuah penyelesaian. Berikut merupakan langkah-langkah menyelesaikan sebuah masalah:
1) Identifikasi.
2) Diagnosis.
3) Prognosis.
4) Terapi atau pemberian bantuan.
Dalam memahami sebuah masalah yang ada diperlukan pandangan bahwa adanya suatu masalah bukan hanya karena kelemahan guru, namun masalah-masalah dalam pembelajaran akan selalu ada dilihat dari berbagai segi. Karena itu diperlukan teknik-teknik jitu untuk dapat menyelesaikan suatu masalah.
BAB VIII (EVALUASI BELAJAR DAN PEMBELAJARAN)
            Evaluasi merupakan salah satu komponen yang sangt penting dalam seluruh rangkaian kegiatan pembelajaran. Adanya evaluasi bertujuan untuk menentukn sejauh mana suatu program atau suatu kegiatan tertentu apakah dapat mencapai tujuan yang telah ditentukan. Adanya penetapan nilai dalam evaluasi dimaksudkan sebagai penentuan manfaat tau kebaikan relatif dari segala sesuatu yan kita evluasi. Manfaat atau fungsi evaluasi sendiri adalah mengetahui taraf kesiapan anak untuk menempuh suatu pendidikan tertentu, mengetahui seberapa jauh hasil yang telah dicapai dalam proses pendidikan, mengetahui apakah suatu mata pelajaran yang diajarkan perlu diulang kembali atau tidak, mendapatkan bahan informasi dalam memberikan bimbingan tentang jenis pendidikn dan jabatan yang sesuai untuk siswa, untuk mengadakan seleksi, membandingkan prestasi peserta didik, dan lain sebagainya.
Seorang guru harus memiliki kemampuan untuk melaksanakan evaluasi secara tepat agar hasil yang diperoleh dari evaluasi mmpu memberikan gambaran yang benar dari tingkat kemampuan siswa. Kemampuan melaksanakan evaluasi secara tepat harus didasari pemahaman tetang hakikat, jenis-jenis serta prinsip evaluasi. Dengan memahami itu semua guru dapat mengevaluasi pembelajaran yang dilakukan secara tepat dan benar agar dapat meningkatkan pembelajaran yang dilakukan. Dengan memenuhi persyaratan evaluasi yaitu: kesahihan atau validitas, keterandalan(reabilitas), kepraktisan. Jika suat evaluasi gagal dilakukan maka dapat dipastikan akan terjadi kerancuan dalam menentukan kompetensi dan hasil belajar peserta didik.
BAB IX (MEMAHAMI PEMBELAJARAN ELEKTRONIK (E-LEARNING))
            E-learning merupakan perencanaan pengalaman mengajar atau belajar dengan mnggunakan teknologi secara luas utamanya di internet untuk mempermudah dan mempercepat peserta didik dalam belajar. Pembelajaran menggunakan e-learning dapat memudahkan proses pembelajaran karena meskipun guru dan peserta didik berada pada satu tempat atau waktu yang sama kegiatan pembelajaran tetap dapat dilaksanakan dengan bantuan media cetak.
            Perkembangan teknologi dan komunikasi menuntut pendidikan harus mampu menggunakan pendidikan e-learning yang memberi nuansa baru dalam dunia pendidikan sekarang ini. Berkembangnya e-learning dalam dunia pembelajaran peserta didik kini tidak lagi selalu berkumpul dalam waktu dan tempat yang sama untuk melakukan proses belajar. Banyak keuntungan yang dapat diperoleh dari pembelajaran e-learning ini karena tidak perlu bertatap muka langsung untuk melaksanakan proses pembelajaran. Seorang guru harus selalu melakukan pembaharuan guna mendapatkan pembelajran e-learning yang tidak membosankan untuk perserta didik dalam proses pembelajaran yang dilakukan.